Minggu, 18 September 2011

Latihan Genggam Raket (Gripping) bulutangkis

Salah satu teknik dasar bulutangkis yang sangat penting dikuasai secara benar oleh setiap pemain bulutangkis adalah pegangan raket. Pegangan raket yang benar adalah dasar untuk mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan dalam permainan bulutangkis dengan baik. Oleh karena itu, apabila teknik pegangan raket salah dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan kualitas permainan. Pegangan raket yang benar, dan memanfaatkan tenaga pergelangan tangan pada saat memukul kok, dapat meningkatkan mutu pukulan dan mempercepat laju jalannya kok. ini berarti, telah menggunakan tenaga secara lebih efisien namun efektif. ltulah sebabnya, sejak dini peserta latih harus membiasakan memukul kok dengan menggunakan tenaga pergelangan tangan (tenaga pecut).
Bagi pemula dan pemain amatir, biasanya mereka mengayunkan raketnya sekuat tenaga untuk mengembalikan shuttlecock tetapi shuttlecock tidak pernah meluncur jauh padahal badannya besar, lengannya kuat dan postur tubuhnya bagus. Kok bisa begitu?
Anda penasaran?
Sebenarnya dalam permainan bulu tangkis memukul shuttlecock tidak ditentukan oleh besarnya badan atau tenaga ayunan tangan, tapi ditentukan oleh teknik memegang (GRIPPING) raket dan gerakan tenaga pergelangan tangan. Kesalahan yang sering dilakukan oleh pemain bulutangkis adalah teknik genggaman raket yang tidak benar, ini menyebabkan pukulan tidak efisien dan menguras tenaga. Selain itu penempatan shuttlecock kadang tidak sesuai keinginan.
Cara pegangan raket yang benar adalah raket harus dipegang dengan menggunakan jari-jari tangan (ruas jari tangan) dengan luwes dan rileks. Fleksibilitas ini sangat berguna untuk lebih mudah mengubah pegangan (misalnya dari forehand ke backhand) dan untuk lebih leluasa memilih cara serta arah pengembalian kok. Raket hanya perlu dipegang kuat pada saat raket menyentuh kok untuk memberikan kekuatan dan/atau menstabilkan kepala raket pada saat menyentuh kok. Secara umum, posisi tangan seperti sedang berjabatan tangan dengan orang lain. Hindari memegang raket dengan cara menggunakan telapak tangan (seperti memegang golok).
Sebenarnya memegang raket untuk memukul shuttlecock forehand berbeda dengan cara memegang raket backhand Semua jenis pukulan dalam bulutangkis dilakukan dengan kedua jenis pegangan ini secara bergantian sesuai situasi dan kondisi permainan.
Untuk tahap awal para pemula biasanya diajarkan cara memegang forehand terlebih dahulu, kemudian baru backhand.

Cara Memegang Raket Forehand
1. Pegang raket dengan tangan kiri, kepala raket menyamping. Pegang raket dengan cara seperti "jabat tangan." Bentuk "V" tangan diletakkan pada bagian gagang raket.
2. Jari tengah, manis dan kelingking menggenggam raket, sedangkan jari telunjuk agak terpisah.
3. Letakkan ibu jari di antara tiga jari dan telunjuk.
Teknik memegang raket forehand yang benar seperti gambar dibawah ini




Cara Memegang Raket Backhand
Untuk pegangan backhand, geser "V" tangan ke arah dalam. Letaknya di samping dalam. bantalan jempol berada pada pegangan raket yang lebar.
Teknik memegang raket backhand yang benar seperti gambar




Cara Melatih Pegangan
Sebelum praktek melakukan latihan pukulan, perlu dilakukan latihan untuk adaptasi menggerak-gerakkan pergelangan tangan dengan tetap memegang raket dengan benar.
1. Peserta latih dibiasakan selalu memegang raket dengan jari-jari tangan, luwes, dan tetap rileks, tetapi tetap mempunyai tenaga.
2. Lakukan gerakan raket ke arah kanan dan kiri, dengan menggunakan tenaga pergelangan tangan. Begitu juga gerakan ke depan dan ke belakang, sehingga terasa betul terjadinya tekukan pada pergelangan tangan.
3. Gerakkan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah.
4. Memukul bola (kok) ke tembok.
5. Memental-mentalkan kok secara vertikal (bouncing ball).
Kesalahan Yang Terjadi
a. Memegang raket dengan menggenggam, jari-jari rapat dan sejajar.
b. Posisi "V" tangan berada pada bagian grip raket yang lebar.
Memukul shuttlecock backhand dengan menggunakan teknik genggaman Forehand akan menyebabkan ayunan kita tidak bertenaga walaupun tenaga lengan sudah Anda keluarkan semuanya, begitu juga sebaliknya.
Pada saat mengayunkan tangan memukul shuttlecock yang bergerak cepat adalah pergelangan tangan BUKAN lengan. Karena gerakan pergelangan tangan kita jauh lebih cepat dari pada ayunan lengan, otomatis shuttlecock yang dibalikan akan jauh lebih bertenaga. Kecepatan semakin tinggi tenaga akan semakin besar.
Jadi saat bermain Anda harus mengubah posisi genggaman sesuai dengan arah shuttlecock yang datang ke arah Anda, baik Forehand atau backhand.
Memang pada awal Anda akan merasa tidak nyaman pergantian posisi genggaman backhand ke forehand dan sebaliknya tetapi jika sudah terbiasa Anda akan merasakan pukulan Anda bagus dan gampang.
Dengan memegang raket dengan benar otomatis pergelangan tangan Anda akan menjadi enteng dan fleksible digerakan. Nah, dengan demikian pukulan Anda akan menjadi bagus. Ga percaya? silakan dibuktikan sendiri. :)
Dijamin permainan Anda pasti ada perubahan.

Pesan dari Rudy Hartono Kurniawan, Raja Turnamen All England



Minta Pemain Jangan Terlalu Dimanja

Delapan kali menjadi juara tunggal pria All England, tujuh kali di antaranya diraih secara beruntun, membuat nama Rudy Hartono Kurniawan dikenang sepanjang masa. Rekor fantastis itu belum tumbang hingga kini.

Tidak mudah bertatap muka dengan Rudy Hartono Kurniawan. Kesibukan sebagai komisaris perusahaan oli terkemuka dan PB Jaya Raya membuatnya memilih diwawancarai melalui telepon. ''Tak usah bertemu, di sini saja melalui telepon. Lagi pula, lebih baik memakai foto saya waktu muda, kan,'' kata dia yang lebih dikenal dengan Rudy Hartono itu.

Saat perbincangan mengalir ke All England, angannya segera lari ke even yang disebut-sebut sebagai kejuaraan bulutangkis tertua di dunia tersebut dua tahun lalu. Itu merupakan kali terakhir Rudy merasakan langsung atmosfer All England untuk mengikuti rapat Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).

Rudy masih menjabat sebagai pengurus BWF waktu itu. Sebagai pengurus dan pengoleksi gelar juara tunggal pria All England terbanyak, dia diberi kehormatan mengalungkan medali kepada jawara. ''Sayang, yang juara tidak berasal dari Indonesia,'' kenang dia.

Adalah pemain asal Tiongkok Lin Dan yang sukses mengantongi gelar juara setelah mengandaskan wakil Korea Selatan Lee Hyun-il dengan skor 15-7, 15-7 di final. Padahal, dia selalu menanti datangnya Maret dengan perasaan berbeda. ''Saya selalu menanti dengan harap-harap cemas ada juara All England lagi di ganda pria,'' ungkapnya

Kekecewaannya berlanjut karena hingga kini gelar juara tunggal pria tak lagi dituai oleh wakil Merah Putih. Taufik Hidayat dan Sony Dwi Kuncoro harus menyerah kepada lawan-lawannya di perempat final edisi 2008. Menurut Rudy, kegagalan para pemain itu turut disebabkan oleh tak adanya prioritas kejuaraan yang bakal diikuti. ''Giliran di All England, beberapa pemain sudah mengalami antiklimaks karena jenuh dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya,'' tutur pria yang dilahirkan di Surabaya, 18 Agustus 1949, tersebut.

Seharusnya, lanjut dia, para pemain meningkatkan persiapan teknik dan fisik dengan porsi lebih banyak daripada menghadapi kejuaraan lain kalau ingin menuai hasil manis. Sayang, dia melihat para pemain era sekarang dengan berani mematok target, tetapi tak mau melakoni latihan keras untuk mendapatkan hasil maksimal.

Kondisi itu sangat berbeda dengan masa yang telah dilaluinya. Tanpa didampingi oleh pelatih, Rudy tak sekadar mematok target khusus di berbagai kejuaraan perorangan, terutama All England. Tetapi, dia juga berlatih istimewa untuk menghadapi kejuaraan tersebut.

''All England benar-benar saya siapkan dengan baik. Bahkan, enam bulan sebelumnya, saya berlatih khusus untuk itu. Kami bukan Superman. Kalau ada kemauan, harus bekerja keras juga. Selain itu, tak lupa dengan kondisi diri,'' tuturnya.

Keprihatinan dia cukup beralasan. Rudy adalah pemain yang menuai delapan kali juara tunggal pria. Tujuh kali di antaranya diraih secara berturut-turut pada 1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, dan 1974. Yang kedelapan diraih pada 1976. Karirnya makin moncer setelah bergabung dengan pusat pelatihan nasional untuk Thomas Cup. Setahun kemudian, pada usia 18 tahun, dia meraih juara untuk kali pertama di kejuaraan All England dengan mengalahkan pemain Malaysia Tan Aik Huang. Skor yang diraih saat itu adalah 15-12, 15-9.

Sayang, suaranya tak lagi didengarkan oleh para pemain maupun pengurus PB PBSI kini. Memang, dia hanya menjabat sebagai penasihat PB PBSI. Maka, dia enggan membeberkan harapan kepada otoritas tertinggi olahraga tepok bulu tanah air itu.

''Jangan memanjakan pemain. Mereka harus bertanggung jawab dengan prestasi masing-masing. Jangan lupa, mereka mengikuti turnamen dengan masih memakai uang negara,'' ucapnya.

Rudy Hartono ''Asian Hero''

Mantan juara dunia bulutangkis delapan kali, Rudy Hartono dinobatkan sebagai Pahlawan Asia (Asian Hero) oleh majalah TIME.

Sebuah penghargaan dari media yang cukup bergengsi di dunia internasional yang diberikan kepada Rudy berkat prestasinya di bulutangkis yang sangat konsisten yaitu juara All England delapan kali, tujuh di antaranya berturut-turut.

Selain itu ia juga merupakan tulang punggung Indonesia dalam merebut dan mempertahankan Piala Thomas. Prestasi itu menempatkan Rudy sebagai orang kedua Indonesia yang memperoleh penghargaan Pahlawan Asia setelah Bung Hatta pada tahun 1987.

Sebagai ungkapan rasa syukurnya atas penghargaan itu, Rudy Hartono semalam di Hotel Borobudur Jakarta menggelar acara syukuran dengan mengundang komunitas bulutangkis termasuk pengurus teras PB PBSI seperti Sutiyoso, Ferial Sofyan, Tan Joe Hok dan MF Siregar.

Dari kalangan mantan pemain pun hadir diantaranya adalah Christian Hadinata, Hendrawan, Imelda Wiguna, Retno Kustiah, Susi Susanti, Rosiana Tendean dan Lanny Tedjo.

Dalam sambutannya, mata Rudy berkaca-kaca, suaranya pun terdengar gemetar saat menjelaskan penghargaan yang diterimanya. Menjadi salah satu orang yang terpilih mendapat penghargaan membuatnya terharu. Apalagi disejajarkan dengan sejumlah tokoh di Asia.

''Sungguh saya terkejut, apalagi TIME tak banyak mengulas bulutangkis dalam rubrik olahraganya,'' kata Rudy yang kini menjabat salah satu anggota Staf Khusus/Akhli PB PBSI ini.

Menurut dia, ternyata penghargaan itu berangkat dari penilaian majalah Time tentang prestasinya yang konsisten. Rudy memang legenda dalam dunia bulu tangkis.

Hingga kini belum ada yang mampu menyamainya sebagai juara All England 8 kali. Bahkan belum ada cabang olahraga lainnya yang mampu mencetak atlit sehebat Rudy.

''Apapun penghargaannya sangat saya hargai,'' kata Rudy sembari menambahkan bahwa penghargaan dari TIME tentu lebih istimewa karena dia menjadi orang kedua setelah Bung Hatta yang mendapatkan penghargaan ini.

Rudy pun tak menampik bila syukuran yang dibuatnya ini sebagai tanda terima kasih kepada semua pihak yang berada dibalik upayanya meraih prestasi.

Diceritakan Rudy, perjuangannya untuk memperoleh gelar juara All England sampai delapan kali tidaklah mudah. Apalagi kondisi bangsa kala itu secara finansial kurang mendukung. Rudy masih ingat, untuk membeli pasta gigi harus dengan uang pribadi.

''Tapi waktu itu diberangkatkan ke luar negeri saja sudah bersyukur, apalagi ada ancaman tak akan diberangkatkan lagi jika tak berprestasi,'' ujar Rudy.

Ayah dua anak ini kemudian menggambarkan kondisi sekarang yang sangat berbeda di mana pembiayaan lebih mudah. Tapi yang membuat Rudy sedih atlet sekarang malah terkesan manja. ''Sudah disuapi terkadang untuk menelan saja sangat susah,'' kata Rudy.

Begitu juga dengan hadiah yang disediakan. Rudy tak bisa membayangkan bila berjaya dimasa sekarang. Dengan menjadi juara 8 kali All England bisa menjadi jutawan. ''Tapi saya tak menyesal karena saya sudah menjadi jutawan meski dalam bentuk penghargaan,'' katanya.

Tatkala menerima penghargaan di Hongkong November 2006 lalu, Rudy mengaku sangat terharu. Ribuan pasang mata tertuju padanya. Padahal masa sekarang menjadi masa sulit bagi Indonesia ditengah isu yang tak menguntungkan.

Bahkan majalah TIME sendiri dalam ulasannya mencantumkan Indonesia identik dengan produsen polusi dan teroris. ''Penghargaan ini membuat saya bangga, setidaknya mengharumkan nama bangsa ini,'' lanjutnya.

Pada kalimat terakhirnya, Rudy sangat berterima kasih pada ayahnya, Kurniawan. Pasalnya ayah Rudy yang mengarahkannya untuk konsen di bulutangkis. ''Saat saya muda saya bisa banyak olahraga, bulutangkis, renang dan bola,'' kata Rudy.

Juara dunia 1980 ini mengaku ayahnya meminta untuk memilih salah satu. Ketika dipilihnya renang, sang ayah melarang karena saingannya nanti berat, mereka berpostur dua meter dan Rudy kurang dari itu.

Begitu juga bola, Rudy diminta untuk menghindarinya karena cabang olahraga sering diwarnai perkelahian secara keroyokan. ''Akhirnya saya pilih bulutangkis. Dari situ saya menilai bangsa Indonesia bisa unggul dan lebih berpeluang menjadi juara dunia di pertandingan perorangan, bukan beregu,'' tutur Rudy.

RUDI HARTONO



Masa Kecil

Rudy Hartono adalah anak ketiga dari 9 bersaudara yang lahir dari pasangan Zulkarnain Kurniawan. Orang tua Rudy tinggal di Jalan Kaliasin 49 (sekarang Jalan Basuki Rahmat), Surabaya, Jawa Timur dan bekerja sebagai penjahit pakaian pria. Selain itu orang tua Rudy juga mempunyai usaha pemrosesan susu sapi di Wonokromo, Jawa Timur.

Seperti anak-anak seumuran lainnya, Rudy kecil juga tertarik dengan berbagai macam olahraga sejak SD, terutama atletik dan renang. Pada masa SMP dia juga berkecimpung di olahraga bola voli dan pada masa SMA dia juga adalah pemain sepakbola yang handal. Tapi dari semua olahraga yang dia ikuti, keinginan terbesarnya akhirnya hanya jatuh pada permainan bulutangkis. Pada usia 9 tahun, Rudy kecil sudah menunjukkan bakatnya di bulutangkis. Tetapi ayahnya baru menyadarinya ketika Rudi sudah berumur 11 tahun. Sebelum itu Rudy hanya berlatih di jalan raya aspal di depan kantor PLN di Surabaya, yang sebelumnya dikenal dengan Jalan Gemblongan -- ditulis oleh Rudy Hartono dalam bukunya Rajawali Dengan Jurus Padi (1986). Rudy berlatih hanya pada hari Minggu, dari pagi hari hingga pukul 10 malam. Setelah merasa cukup, Rudy memutuskan utuk mengikuti kompetisi-kompetisi kecil yang ada di sekitar Surabaya yang pada masa itu biasanya hanya diterangi oleh sinar lampu petromax.

Setelah ayahnya menyadari bakat anaknya, maka Rudy kecil mulai dilatih secara sistematik pada Asosiasi Bulutangkis Oke dengan pola latihan yang telah ditentukan oleh ayahnya. Sekedar informasi, ayah Rudy juga pernah menjadi pemain bulutangkis di masa mudanya. Zulkarnain pernah bermain di kompetisi kelas utama di Surabaya. Zulkarnain pertama kalinya bermain untuk Asosiasi Bulutangkis Oke yang dia dirikan sendiri pada tahun 1951. Di asosiasi ini ayah Rudy juga melatih para pemain muda. Program kepelatihannya ditekankan pada empat hal utama yaitu: kecepatan, pengaturan nafas yang baik, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target. Tidak mengherankan banyak program kepelatihannya lebih menekankan pada sisi atletik, seperti lari jarak panjang dan pendek dan juga latihan melompat (high jump).

Ketika Rudy mulai berlatih di Asosiasi yang dimiliki ayah pada saat itulah Rudy merasakan latihan profesional yang sesungguhnya. Pada saat itu asosiasi tempat ayah Rudy melatih hanya mempunyai ruangan latihan di gudang gerbong kereta api di PJKA Karangmenjangan. Dengan kondisi seperti itu Rudy tetap berlatih dengan bersemangat bahkan dia merasa bahwa tempat latihan ayahnya jauh lebih baik dari tempat latihan sebelumnya karena ruangan gedung telah memakai cahaya lampu listrik sehingga dia bisa tetap berlatih dengan maksimal sampai malam hari. Selain itu lapangan yang disediakan juga lebih baik dibanding sebelumnya dan juga ada kantin yang berada di samping gedung latihan.

Awal Karir Profesional

Setelah beberapa lama bergabung dengan grup ayahnya, akhirnya Rudy memutuskan untuk pindah ke grup bulutangkis yang lebih besar yaitu Grup Rajawali, grup yang telah melahirkan banyak pemain bulutangkis dunia. Pada awal dia bergabung dengan grup ini, Rudy merasa sudah menemukan grup terbaik untuk mengembangkan bakat bulutangkisnya. Akan tetapi setelah berdiskusi dengan ayahnya, Rudy mengakui bahwa jika dia ingin karirnya di bulutangkis meningkat maka dia harus pindah ke tempat latihan yang lebih baik, oleh sebab itu Rudy memutuskan untuk pindah pada Pusat Pelatihan Thomas Cup pada akhir tahun 1965. Tak lama setelah itu, penampilan Rudy semakin membaik. Bahkan dia turut ambil bagian dalam memenangkan Thomas Cup untuk Indonesia pada tahun 1967. Pada umur 18 tahun, untuk pertama kalinya Rudy memenangkan titel Juara All England dengan mengalahkan Tan Aik Huang dari Malaysia dengan hasil akhir 15-12 dan 15-9. Setelah itu dia terus memenangkan titel ini sampai dengan tahun 1974.

Penampilan yang memukau dan smash yang mematikan dalam olahraga bulutangkis, membawa ia menjadi juara All England delapan kali dan bersama-sama dengan tim Indonesia memenangkan Thomas Cup pada 1970, 1973, 1976, dan 1979. Atas prestasi itu, nama pria yang suka berdoa saat bertanding ini diabadikan dalam Guiness Book of World Records pada 1982.
Rudy untuk pertama kali memulai program latihannya yang disusun sedemikan rupa. Sebelumnya Rudy lebih banyak berlatih dengan turun ke jalan. Ia berlatih di jalan-jalan beraspal yang seringkali masih kasar dan penuh kerikil, di depan kantor PLN di Surabaya, sebelumnya bernama Jalan Gemblongan. Ia berlatih hanya hari Minggu dari pagi hingga pukul 10.00. Dengan penuh percaya diri, Rudy mulai mengikuti kompetisi di Surabaya, dari kampung ke kampung dalam penerangan petromaks.

Setelah pindah ke Persatuan Bulutangkis Oke yang dimiliki ayahnya, latihannya menjadi lebih sistematis. Ia dilatih di sebuah gudang dekat jalur kereta api di PJKA karangmenjangan. Ia berlatih di sana hingga malam karena ada lampu. Lantainya cukup baik dan dekat dari situ berkumpul para penjual makanan. Bila ia lapar, ia bisa pergi ke sana untuk makan dan minum.
Stuart Wyatt, Presiden dari Asosiasi Bulutangkis Belanda berkata, “Tidak diragukan lagi, Rudy Hartono adalah pemain tunggal terbesar di jamannya. Ia handal dalam segala aspek permainan, kemampuannya, taktiknya, dan semangatnya.” Juara tujuh kali berturut-turut dan yang ke delapan (1968-1976) menjadi bukti akan hal itu.
Rekornya ini merupakah hasil dari kemampuannya yang luar biasa di bidang kecepatan dan kekuatan dalam bermain. Gerakannya nyaris menguasai seluruh area lantai permainan. Ia tahu kapan harus bermain reli atau bermain cepat. Sekali ia melancarkan serangan, lawannya nyaris tidak berkutik. Namanya sudah menjadi jaminan untuk menjadi pemenang, sebab ia hampir tidak pernah kalah. Meski ia sudah mengundurkan diri, banyak orang masih percaya bahwa ia masih bisa menjadi pemenang. Mungkin inilah alasan mengapa orang menjulukinya “Wonderboy”.

Kunci Sukses “Berdoa”

Banyak orang ingin tahu kunci keberhasilannya. Rudi menjawab, “Berdoa.” Dengan berdoa, Rudy memperkuat pikiran dan iman. Berdoa tidak hanya sebelum bertanding, tetapi juga selama bertanding. Itu melibatkan kata-kata atau ekspresi yang akan membangkitkan percaya diri dalam hati dan pikiran.
Untuk setiap poin yang ia peroleh selama bertanding, ia ucapkan terima kasih kepada Tuhan, “Terima kasih Tuhan untuk poin ini.” Dia terus berkata seperti itu hingga skor terakhir dan pertandingan berakhir. Ia mengatakan kebiasaannya ini dalam biografinya yang diedit oleh Alois A. Nugroho. Ia percaya bahwa manusia berusaha namun Tuhan yang memutuskan.
“Saya melakukan itu dalam semua pertandingan besar khususnya All England. Bagi saya ini adalah kenyataan. Kita berusaha tetapi Tuhan yang memutuskan. Saya juga percaya bahwa kalau kita kalah memang sudah ditentukan demikian, dan kalau kita menang, itu juga adalah kehendak Tuhan. Kalah adalah hal yang alami, karena sebagai manusia kita semua pernah mengalami kekalahan. Pemahaman ini akan melepaskan stress selama bertanding, mengurangi ketakutan, dan kegusaran, ” kata Rudy menjelaskan.
Pada tahun 1968 saat pertama kali tampil di All England ia ingin mengikuti jejak Tan Joe Hok. Pada 1969, ia ingin menjadi orang Indonesia pertama yang memenangkan Kejuaraan All England dua kali. Sementara pada 1970, ia ingin memenangkannya untuk ketiga kali. Sebab jika ia tetap mempertahankan sikap ini, ia akan bisa mempertahankan piala yang diraihnya. “Jadi, dalam setiap pertandingan All England, seolah-olah sudah menjadi kewajiban bagi saya untuk terus memecah rekor terus-menerus,” kata pria yang meninggalkan kuliahnya di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga demi bulutangkis ini.
Musuh terbesarnya adalah Svend Pri dari Denmark yang mempunyai kemampuan memberi kejutan dan membuat bingung lawan. Sementara Rudy memiliki taktiknya sendiri dengan cara bermain cepat. “Itulah yang saya lakukan dalam bertanding. Untuk menghadapi lawan seperti Svend Pri, Anda tidak bisa memberikan dia kesempatan. Satu kesalahan kecil dan kita berikan dia kesempatan untuk mengolah permainannya, Anda bisa tamat!”
Kini, Rudy tidak lagi mengayunkan raketnya di udara. Faktor usia dan kesehatan membuat ia tidak bisa melakukannya. Sebab sejak ia menjalani operasi jantung di Australia pada 1988, ia hanya bisa berolahraga dengan berjalan kaki di seputar kediamannya. Walaupun demikian, dedikasinya pada bulutangkis tidak pernah mati.

Sepuluh Pemain Terhebat Indonesia

Menentukan pebulutangkis Indonesia terhebat sepanjang sejarah tentulah tidak mudah. Apalagi kalau ukuran penentuannya dihitung dari prestasi yang pernah dibuat sang pemain. Jika ditinjau dari sisi masa jaya pemain maka kita akan sepakat bahwa Rudy Hartono yang paling hebat. Dasarnya adalah prestasi Rudy yang menjuarai All England sebanyak delapan kali dimana hal ini tercatat dalam Guinnes Book of Record. Rudy mulai dikenal dunia ketika menjuarai All England tahun 1968 dan menutup prestasi besarnya dengan menjadi Juara Dunia tahun 1980. Berarti Rudy menempatkan dirinya dijajaran atas bulutangkis dunia selama 12 tahun. Mengikuti prestasi Rudy dicatat pasangan ganda putra Tjun Tjun / Johan Wahyudi sebagai pemegang All England enam kali plus juara dunia satu kali. Namun prestasi Rudy, Tjun Tjun dan Johan Wahyudi terasa sedikit kurang karena saat itu tidak mendapat tantangan dari negara raksasa bulutangkis lainnya, China. Kondisi politik Internasional membuat China tidak tergabung dalam organisasi bulutangkis dunia, IBF (Sekarang BWF). Kekurangan lainnya adalah belum dipertandingkannya bulutangkis pada pesta akbar olahraga dunia Olimpiade yang membuat pemain hebat saat itu tidak dapat menunjukkan prestasi di ajang tersebut.

Juara Olimpiade dan juara dunia layak menjadi nominasi pemain terhebat. Dari ajang Olimpiade tercatat nama-nama seperti Alan Budi Kusuma, Susi Susanti, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, Chandra Wijaya, Tony Gunawan, Taufik Hidayat, Markis Kido dan Hendra Setiawan. Dari nama-nama tersebut Susi Susanti dan Ricky / Rexy merupakan pemain yang meraih gelar paling banyak dan paling lengkap. Hampir semua turnamen bergengsi selain merekah rengkuh, mulai dari Olimpiade, All England, Jepang Open, Indonesia Open dan Grand Prix Final. Khusus buat Susi, gelarnya terasa kurang lengkap karena gagal meraih medali emas Asian Games. Di ajang kejuaraan dunia, selain nama-nama tersebut diatas layak dikedepankan nama Icuk Sugiarto. Icuk meraih juara dunia tahun 1983 pada saat prestasi bulutangkis Indonesia sedang terpuruk dan kalah pamor dari pendatang baru, China. Diluar nama tersebut masih ada Liem Swie King yang meraih tiga kali juara All England dan Hariyanto Arbi yang dua kali juara All England plus juara dunia.

Pertimbangan-pertimbangan prestasi tentu menjadi ukuran utama dalam memilih pemain terhebat. Tetapi ketika pertanyaan tersebut dilontarkan ke masyarakat umum maka jawabannya akan sangat bervariasi. Minimnya ulasan-ulasan mengenai bulutangkis di media-media besar baik cetak maupun televisi membuat jawaban dari masyarakat pun tertuju kepada sosok yang lebih dikenal. Pada survey yang dilakukan Litbang Media Group yang mengambil sampel di enam kota besar (Jakarta, Medan, Bandung, Yogyakarta, Makasar dan Surabaya) ternyata tertuju pada nama Taufik Hidayat. Pemain yang disebut-sebut sebagai pemain yang memiliki teknik bermain terbaik di dunia ini dipilih oleh 55 % responden. Berikut hasil survey yang dikutip dari program metro 10 mengenai 10 pemain terhebat :
1. Taufik Hidayat : dipilih 264 responden
2. Susi Susanti : 214
3. Rudy Hartono : 156
4. Alan Budi Kusuma : 78
5. Liem Swie King : 70
6. Icuk Sugiarto : 40
7. Ricky Subagya : 25
8. Christian Hadinata : 14
9. Sony Dwi Kuncoro : 14
10. Ivana Lie : 11

Dari survey tersebut tidak terlihat nama-nama pembuat sejarah seperti Tan Joe Hoek (Pemain pertama Juara All England), Ferry Sonneville bahkan Tjun Tjun / Johan Wahyudi tidak termasuk didalamnya. Seharusnya survey yang berhubungan dengan prestasi pebulutangkis sebaiknya memilih responden pada kalangan bulutangkis sendiri sehingga jajak pendapatnya lebih akurat. Tetapi bagaimanapun juga survey seperti ini bisa menjadi masukan buat banyak pihak akan minimnya publikasi pemain-pemain hebat negeri ini. Padahal dalam survey episode lainnya mengenai 10 peristiwa yang paling membanggakan bagi masyarakat Indonesia, ternyata yang menempati urutan pertama adalah kemenangan bulutangkis Indonesia di Olimpiade. Peristiwa tersebut mengalahkan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan (urutan kedua), reformasi 1998 (urutan delapan) bahkan sumpah pemuda (urutan sepuluh).

Masyarakat melalui sampel yang dipilih ternyata memberikan apresiasi yang tinggi terhadap bulutangkis Indonesia. Sayangnya secara umum masyarakat kita kurang mengenal jagoan-jagoan bulutangkis masa lalu.